Kamis, 08 November 2012

Shaina De Amore : That Boy! (1)


Shaina De Amore :  That Boy!

PROLOG

Terlalu dini untuk mengartikan rasa ini adalah cinta. Bagiku …

Cinta itu …

Dimana saat kita menatap orang itu, jantung kita berdegup tak beraturan seakan memaksa keluar dari tubuh kita. Perasaan yang membuat tidur kita tidak nyenyak. Bermimpi indah tentang kebersamaan dengannya.

Cinta itu …

Dimana saat kita berbicara dengannya, lidah kita terasa kelu. Wajah kita bersemu merah saat orang yang kita suka tersenyum untuk kita.

Cinta itu …

Rasa ingin di perhatikan, ingin disayang. Dan tidak ingin kehilangan.

Cinta itu …

Rasa tak mampu menatap matanya, karena takut dia tahu perasaan kita lewat tatapan mata.

Cinta itu …

Bikin pusing, dinamis. Ada kalanya cinta membuat kita melayang tinggi namun bisa saja cinta membuat kita jatuh dan tidak yakin dapat bangkit kembali.

Cinta itu …

Esa, yang artinya satu, tunggal, abadi dan takkan pernah terganti.

Cinta itu …

KAMU

“Apa kau tau bagaimana menderitanya aku? Menderita saat memaksa hatiku untuk menerimamu dan membuang jauh-jauh namanya dari hatiku? Apa kau tidak melihat perjuanganku selama ini? Semua ini hanya untukmu! Hanya untukmu!”

***


04 September

Hari ini ulang tahunnya yang ke 15. Sejauh ini gadis itu merasa tidak ada yang aneh. Orang-orang dirumahnya juga biasa saja, mereka hanya menyiapkan kado dan kue dikamar anak gadisnya itu, jadi begitu gadis itu terbangun sudah ada kue dan kado-kado dimeja belajarnya. kue tiramisu kesukaannya, bentuknya bulat, lumayan besar, ada lilin angka 15 disana, tulisannya kurang lebih seperti ini “Feliz Cumpleaños /Happy Birthday Shaina.” Shaina belum membuka kadonya, dia pikir nanti saja kalau dia pulang sekolah bentar sore. Shaina hanya tersenyum melihat itu semua. Ia segera mandi dan bersiap-siap ke sekolah.

Selesai. Shaina berjalan menuju ruang makan.

“Happy birthday Shaina muaaahh.” Satu kecupan dipipinya berasal dari Ibunya, nama beliau Nana, lengkapnya Raden Ayu Kirana. Ibu Shaina adalah orang Jogja tulen, yang sering Shaina dengar, beliau itu keturunan darah biru, padahal yang Shaina tahu darah itu cuma ada merah dan putih kan? Iyakan? *abaikan*. Eyang kakung serta Eyang Utinya juga kaya abdi dalem gitu deh. Kalau Shaina sekeluarga sedang pulang kampung atau mudik ke Jogja, dia berasa tinggal di Candi! Abis setiap sudut rumah pasti aja ada ornament-ornamen khas jawa, seperti Candi, guci-guci dari tanah liat, pintu-pintu yang berukiran dan lain-lain.

          Kecupan kedua berasal dari Ayahnya. Nama beliau Darius  Jiménes, beliau keturunan Spanyol. Bisa kalian bayangkan bukan? wajah orang Spanyol itu seperti apa? Hidungnya mancung. Postur  tubuhnya  tinggi  besar. Kulitnya putih ciri khas bule. Beliau lahir di Sevilla, Spanyol. Kalau Shaina dan adiknya sedang mendengarkan kisah Ayah dan Ibu mereka saat pertama kali bertemu, Shaina dan adiknya sampai tertawa terpingkal-pingkal, karena menurut mereka, cerita orang tua mereka itu sangat lucu. Ketika orang tua mereka sedang  kuliah di UGM  saat mereka sedang mengerjakan skripsi. Kebetulan mereka sedang sama-sama naik delman. Nah delman itu ditarik oleh kudakan? Jadi kuda itu mengamuk otomatis  delman jadi tidak terkontrol, alhasil Ayah dan Ibu mereka terjungkal berdua. Dari saat itu mereka dekat dan memutuskan untuk menikah.

           Nah, kalau yang ini berbeda.  Bukannya mendapat ucapan selamat ulang tahun atau kecupan hangat. Yang ada pipi Shaina dicubit oleh adik laki-lakinya yang super-duper buandel. Dia Caesar  Jiménes, atau lebih akrab dipanggil Sesar. Siswa kelas 3 SMP , beda 1 tahun dengan Shaina, wajahnya fotokopian ayahnya! Tidak  salah kalau dia jadi salah satu siswa favorit di sekolahannya. Dan teman-teman ceweknya itu sering sekali mengirim pesan yang tidak jelas pada Shaina,chatting di facebook, TL twitter Shaina juga penuh dengan mentionan teman-teman ceweknya semua. Menurut mereka, teorinya deketin dulu keluarganya baru deh ke targetnya. Penampilannya yang keren dan pembawaannya yang dewasa membuatnya terlihat seperti anak SMA daripada SMP.

           Shaina Jiménes. Shaina sangat iri pada Sesar! Karena Sesar benar-benar duplikatnya ayahnya! Bule pula!. Teori kalo anak cewek biasanya  mirip dengan ayahnya, itu sepertinya tidak berlaku pada Shaina. Dari body memang Shaina mirip ayahnya. Tinggi badannya 168cm, kulitnya cerah walaupun sering pana-panasan sambil latihan basket, rambutnya juga kecoklatan alami. TAPI oh tapi, wajahnya itu duplikatnya ibu mereka! Tidak perlu diberitahu juga, setiap orang yang melihat Shaina pasti langsung menebak kalau Shania orang jawa! Dengan alis tebal yang bertengger diatas matanya. Hidung … emm mancung sih, tapi tidak semancung ayahnya dan Sesar. Pokoknya Shania iri dengan Sesar TITIK! Dan teganya oh teganya … temen-temen SMA Shania yang sering main ke rumahnya, tidak percaya kalo Sesar itu adiknya.

“Kok adik elo bule Spanyol? Sedangkan elo? Bule jawa wkwkwkwk ."

           Menyebalkan bukan? Ya tapi mereka just kidding, ibu Shaina juga cantik, super malahan. So, Shaina juga … ehm … tidak kalah cantiknya. Memang kecantikan wanita Indonesia itu berbeda dengan kecantikan wanita dari Negara lain.
Selesai sarapan, Shaina langsung berangkat ke sekolah bersama ‘yami’. Yami itu singkatan sekaligus nama panggilan sayangnya pada motor ‘YA’maha ‘MI’o putihnya. Shaina lebih suka naik motor dari pada naik mobil. Tidak sepert Sesar! Anak ingusan saja berlagak ke sekolah memakai mobil, katanya sih supaya kelihatan anak tajirnya. Sedangkan Shaina cenderung cuek dan masa bodo. Toh yang tajir ayah dan ibu mereka bukan? Iyakan? *iyain aja*. Lagian masih smp saja sudah seperti itu. Memang sekolah Sesar memperbolehkan siswa-siswinya membawa kendaraan, seperti mobil. tapi mereka kan belum punya SIM. Sekolah yang aneh.

***

Disekolah pukul 06.30.

           Shaina  memarkirkan motornya di parkiran khusus kelas X. Shaina mematikan mesin motornya lalu melepas helm dan selanjutnya berjalan ke kelas. Tapi langkahnya terhalang oleh seseorang,Rehan Prambudhi! Xelio’s Prince Junior, Cowok bergajulan atau dengan kata lain berandal, yang sejak acara penerimaan siswa baru SMA Xelio sekitar 3 bulan yang lalu selalu mendekati Shaina. Katanya dia naksir berat sama Shaina, Shaina sedikit ngeri dekat-dekat Rehan, memang sih dia itu ganteng dan keren! Anak motor pula *bukan anak emaknya ya?* bukan itu maksudnya author! Dasar author engga gahol *abaikan*.

           Rehan sering main trek-trekan, suka balapan liar gitu deh. Ngerokok pula. Menurut teman-temannya sih dia sudah tidak merokok lagi semenjak Rehan tahu kalau Shaina sama sekali tidak menyukai cowok perokok. Rehan satu angkatan dengan Shaina, tapi beda kelas, Shaina X.1 sedangkan Rehan X.8. Dia termasuk anak-anak kelas atas disekolah. Biasanya sih kalo anak-anak kelas atas itu rata-rata masuk lewat jalur belakang alias nyogok, kemampuan otak mereka juga patut dipertanyakan, gosipnya sih dari kelas X.6 sampe X.8 itu kelas sogokan. Ayah Rehan punya perusahaan furniture. Punya adik cewek seangkatan dengan Sesar, bahkan satu sekolah. Rehan itu kereeeen dan pastinya cakeep abis! Dan itu yang membuat dia dinobatkan sebagai Xelio’s Prince Junior tahun ini. Tapi perlu kalian tahu, Rehan itu tipe cowok setia alias bukan playboy. 

“Aduh! Mau ngapain dia?” Shaina mencoba tenang dan berjalan seperti biasa.

“Shainaaaaaa.” Rehan berlari dan akhirnya sampai dihadapan Shaina. Dia terlihat senang sekali. Dia membawa sesuatu, sepertinya kado.

“Happy birthday dear.”

           Cup! Rehan mencium pipi Shaina! diparkiran pula. kan malu  -,- . Shaina yang gemas dengan tingkahnya otomatis langsung memukul lengannya dengan kado yang dia berikan pada Shaina. Kadonya itu besar terus berat lagi. Jangan-jangan bom lagi isinya. Parah!

“Sakit tau!” Rehan mengelus-elus lengannya yang terasa nyeri.

“Suruh siapa suka nyium orang sembarangan! Nih.” Shaina  memberikan lagi kado yang Rehan berikan padanya, habisnya lumayan berat sih.

“Kadonya?”tanya Rehan polos. Shaina membalikkan badannya hingga kembali berhadapan dengannya.

“Tolong bawain sampe kelas ya? Itu kado apa bom? Berat banget,”Shaina mengomel. Karena sakingcintanya, Rehan nurut saja pada Shaina hihihi.

           Shaina dan Rehan berjalan bersisian di koridor. gila yah! Cewek-cewek udah pada mupeng. Sebenernya kurang beruntung apa coba? Disukain sama Prince Junior yang jadi inceran kakak kelas, bahkan cewek-cewek seangkatan lebih banyak lagi. Rehan itu cool di depan semua cewek, kecuali di depan Shaina. Kata temannya, Rehan bakal jadi konyol kalau  benar-benar suka sama cewek dan Shaina selalu bertanya ; kenapa harus gue? Padahal rata-rata kakak kelas disekolah ini tuh cakep-cakep, terus suka jadi bintang majalah gitu deh.  Shaina? memang sih gadis itu termasuk kategori pemain basket handal di sekolah, sudah masuk tim inti malah. Shaina juga aktif di group musik. Suaranya yang indah membuat siapapun yang mendengarnya pasti larut dalam lagu yang dibawakannya. Shaina juga bisa bermain gitar, bass sedikit sih tidak terlalu terlalu jago. Sejak Rehan mendekatinya, dia sering dicap sebagai cewek muna.

“Apa bagusnya sih si Shaina itu? Cantik? Lumayan sih, tapi dia itu engga popular kan ya? Kalo si Rehan engga ngedeketin dia, pasti dia engga setenar sekarang. Mendingan si Shella kemana-mana deh! Huhh cewek muna.”

        What muna? Shaina  memang benar-benar tidak tertarik pada Rehan, emang salah ya?  Shaina lebih suka cowok yang kalem, engga banyak yang naksir, Shaina lebih suka cowok manis dari pada ganteng. Kalau ganteng itu membosankan dilihatnya, tapi kalau manis, semakin dipandang semakin … Emm serasa pangen nyubit pipinya. Contoh cowok yang kaya gitu tuh … Mana yaaa … Nah itu dia!  Cowok itu berjalan dari arah berlawanan. Dia memakai kacamata dochi warna hitam, kemeja putihnya tersembunyi di balik switter putihnya. Dia kalem banget orangnya, kelihatannya sih. Shaina sudah sering memperhatikan cowok itu. Tingginya kurang lebih 173, kalau dari segi gaya, jelas lebih keren si Rehan kemana-mana dari pada cowok itu, tapi tidak tahu kenapa Shaina seneng banget ngeliatin cowok itu bahkan Shaina ingin punya pacar kaya dia, kalau perlu cowok itu aja yang jadi pacarnya Shaina *uppps*. Tapi . . . OMG! Shaina saja tidak tahu nama dia itu siapa? Heuuuhh …

Cowok itu berjalan melewati Shaina dan Rehan. Emmm … wanginyaa bikin Shaina ingin pingsan saat itu juga.

“Na? Elo geliatin apa?” Mungkin Rehan agak heran melihat tingkah Shaina yang aneh. Senyam-senyum sendiri saat melihat cowok itu.

“Eh? Engga … udah yuk jalan lagi.”

Tiba-tiba Rehan berbalik.

“Woy Esa …”

Esa? Rehan kenal? Alamaaakk tuh cowok jalan kesini lagi! Jantung gue …

            Cowok itu menghentikan langkahnya dan berbalik, lalu berjalan mendekat kearah Shaina dan Rehan. Jadilah para cewek-cewek tadi tambah panas, ngeliat Shaina di apit antara dua cowok. Yang satu ganteng dan popular, yang satu tipe cowok yang hangat dan manis.

           Esa Aditya. Cowok yang kalem, manis dan baby face. Dia sempet jadi nominasi buat jadi Xelio’s Prince tapi terkalahkan oleh popularitas yang dimiliki Rehan. Cowok misterius. Bahkan teman-temannya pun tidak tahu dengan jelas bagaimana asal-usul keluarganya. Entahlah, apa ada sesuatu yang membuatnya tidak menceritakan kehidupan pribadinya atau apapun. teman-temannya hanya tahu, kalau Esa lahir dari keluarga yang cinta terhadap seni, dengan kata lain keluarga seniman. Esa berada di kelas X. 3. Cowok itu sangat mengagumi komik. Dia pernah mejuarai kompetisi membuat komik dengan gambar tangan yang dibuat oleh dia sendiri.

           Rehan dan Esa diam sejenak. Esa menatap Shaina dan Rehan secara bergantian. Rehan tersenyum sinis dan mengedipkan matanya.

“Elo lupa kalo hari ini ulang tahun Shaina?”tanya Rehan. Esa terlihat terkejut.

Maksudnya apa? Esa emang kenal sama gue?

          Perlahan tapi pasti Esa mengulurkan tangannya hendak menyalami Shaina. Shaina bergeming sampai Rehan menyenggol bahunya. Dengan canggung Shaina menyambut uluran tangan Esa.

“Happy birthday ya, long last ya sama Rehan.” Esa tersenyum penuh arti. Tanpa menunggu jawaban, Esa langsung melepas uluran tangannya dan bergegas pergi dari hadapan Shaina dan Rehan.

“Han … gue engga ngerti deh. Elo kenal sama cowok itu?”tanya Shaina dengan wajah bingung. Pandangannya tidak lepas dari sosok yang kian menjauh.

          Cowok yang selama ini membuat tidurnya tidak tenang. Cowok manis yang membuat Shaina spot jantung, bahkan melihatnya dari jarak jauh pun sudah membuat Shaina salting. Untungnya itu semua bisa disembunyikan oleh Shaina ketika ia bersalaman dengan Esa.

“Dia temen gue, soal tadi gue bilang dia lupa ultah lo, gue bakal kasih tau nanti. Terlalu dini buat lo tau semuanya,”jawab Rehan. Shaina menyipitkan matanya.

“Terus kenapa dia bilang longlast buat gue sama elo? Kita kan engga pacaran Haaaan…” Shaina mendahului langkah Rehan.

“Tunggu dong Na!”

“Bodo! Gue engga pacaran sama eloooo!”

“Okeee gue minta maaf.”

Shaina menghentikan langkahnya. Rehan juga ikut menghentikan langkahnya.

“Gue bener-bener engga suka elo bilang ke orang-orang kalo kita pacaran!”

“Iyaaaa … gue minta maaf.”

“Oke gue maafin. Tapi jangan pernah elo lakuin hal konyol kaya gitu lagi!”

           Shaina dan Rehan meneruskan langkah mereka. Entah mengapa Rehan jadi penurut di depan Shaina, dia tidak bisa menolak kalau Shaina minta tolong atau bahkan sengaja memanfaatkan dia, tapi tidak sering sih cuma setiap hari aja *plaakkk*, tapi kalau dengan orang lain behh, dia bener-bener sengak! Sok cool, sok ganteng, sok kaya! *tapi emang bener sih*.  Shaina tidak tahu seberapa jauhnya rasa suka Rehan padanya sehingga bisa merubah Rehan jadi sosok lemah lembut, bisa jadi dua kepribadian gitu kayanya. Tapi hati Shaina mentoknya di cowok itu, ehm maksudnya Esa.

“Thanks Han.” Shaina mengambil kadonya lagi.

“Semoga elo suka ya, dan itu suatu bentuk persuasi gue ke elo, kali-kali aja elo jadi suka sama gue haaha.”  Rehan mengacak-acak rambut Shaina.

“Kebiasaan!” Shaina merapihkan rambutnya. Rehan masih tetap saja berdiri di depan Shaina sambil senyum-senyum gaje gitu, beneran deh tuh cewek-cewek yang ada di kelas pada mupeng bener, sampe ngintip-ngintip dijendela gitu deh. Shaina berasa jadi “Jingga Matahari” yang selalu digodain sama “Matahari Senja” ohh senangnyaaaaa kak Ari lope lope dah *pletaaak*

“Jangan manyun mulu! Gue balik ke kelas ya.” Rehan tersenyum.

Rehan melangkah menuju kelasnya dan Shaina masuk ke kelasnya.

 “Cieeeee pajak ultahnya mana nih.”

“Iya huuuu pelit.”

“Traktir dong Na.”

“Berisik tau engga! Emang tradisi remaja Indonesia kali ya, minta traktiran mulu. Harusnya kan yang dibikin bahagia itu orang yang lagi ulang tahun kan ya.” batin Shaina.

“Apaan sih.” Shaina langsung masang muka cemberut. Dia langsung duduk dibangkunya.

“Dikasih kado apa sama Rehan?”tanya teman sebangkunya, Rossa  namanya, tapi biasa dipanggil Ocha, dia blasteran Indo-Jerman, tidak salah lagi, muka dia bule banget, beda jauh sama Shaina yang notabene blasteran Indo-Spanyol. Dia anak Cheers, Shaina sangat dekat dengannya. Pacarnya Ocha itu temannya Shaina, Farhan. Farhan itu anak band, lebih tepatnya vokalis band metal yang suka teriak-teriak kalau lagi nyanyi, kadang Shaina juga sering bergabung dengan bandnya si Farhan kalau mereka sedang membutuhkan Bassist atau Gitaris tambahan, Shaina cuma bantu-bantu bentaran doang.

“Iya nih, kayanya bom deh isinya, berat gila soalnya.” Shaina menaruh kado itu di bawah meja, soalnya tidak muat jika dimasukan ke loker. Ditambah kado-kado yang diterima dari teman-teman sekelasnya. Ada lebih dari 15 kado, soalnya dikelas Shaina cuma ada 26 siswa doang.

“Eh Cha!”

“Mmm…”

“Ada kado spesial banget hari ini!”kata Shaina dengan mata berbinar-binar, senyam-senyum lalu mengingat kejadian tadi. Ocha langsung merapatkan duduknya ke Shaina.

“Apa?”

“Elo inget kan cowok yang sering gue kasih tau ke elo?”kata Shaina.

“Yang elo sebut Dochi item?”

Shaina mengangguk cepat.

“Gue udah tau nama cowok itu dan …”

“Dan apa?” Ocha kelihatan penasaran sekali.

“Dia ngucapin happy birthday buat gue Chaaa! Terus terus dia salaman sama gue! Tangannya emmm… wangiiii banget Cha!!! Oh God gue seneng banget Chaaa!”

“Yang bener?”

“Yaiyalah! ngapain gue boong sama elo!”

“Ya ampuun Na, pasti elo seneng banget ya?”

Shaina mengangguk.

“Elo berasa melayang?”

Shaina mengangguk lagi.

“Kalo gitu Rehan buat gue ya?”

Shaina diam sejenak, lalu mengangguk kembali. Ocha langsung mencubit pipi Shaina dengan penuh nafsu.

“Awww … saaakiiiit Ochaaa!!!!” Shaina memegangi pipinya yang asli merah banget. Ocha memang tipe cewek yang gemesan, suka nyubit dan cubitannya itu maut banget.

“Lagian elo ngangguk aja pas gue bilang Rehan buat gue aja! Na, pliiss buka mata elo! Ngapain nunggu cowok yang engga jelas, mending sama Rehan, dia jelas-jelas sayang sama elo!”kata Ocha.

“Tau ah gelap!”

***

Latihan Basket.

           Shaina ikut club basket sejak SMP, jadi tidak diragukan lagi kemampuan Shaina dalam bermain basket, kakak kelas saja banyak yang tersingkir saat pemilihan Tim inti. Saat Shaina sedang latihan basket. Rehan selalu menunggu, padahal kan sudah jelas Shaina tidak akan pulang bareng dia, soalnya Shaina bawa motor sendiri.

           Di Club Basket juga tidak kalah hebohnya, pada minta traktir! Tapi lumayan juga ada sekitar 5 cewek yang ngasih kado untuk Shaina karena Shaina cukup akrab dengan mereka, bayangkan Shaina pulang dengan 20 lebih kado yang dia dapat dari sekolah. Weleeeehhh …

***
Pukul 16.45.

           Capek. Shaina keringetan. Rehan mendekati Shaina yang sedang duduk di tribun penonton dan membawakan minuman isotonik. Dia kayak beneran pacar Shaina deh, memang orang-orang mengira kalau mereka itu pacaran padahal salah!

           Tingkah teman-teman Shaina sudah mulai aneh, mereka saling memberi kode-kode yang aneh ke satu sama lain. Shaina melihat Kak Doni, kapten basket cowok. Dia mendorong-dorong gerobak yang biasa buat naruh pasir. Dan tiba-tiba ada Sesar juga disana dan itu … Gisana! Gisana itu gitar akustik kesayangan Shaina. warnanya putih ada tanda tangan Taylor Swift disana, Shaina dapet tanda tangan itu waktu  Taylor Swift lagi konser dimana ya? Shaina aja lupa *plaakk* bohong kali, disitu cuma ada tanda tangan Shaina.

“Sar? Kok elo ada disini? Terus ngapain si Gisana dibawa?”tanya Shaina seraya mendekati Sesar. Sesar hanya membalas seringaian lebar dan mengedipkan matanya.

“Gue mau kasih kejutan istimewa buat elo kak!”

“Kejutan? Apaan sih?”Shaina tambah bingung. Rehan yang sedari tadi ada disampingnya pun menghilang.

           Mendadak lapangan basket menjadi sepi. Hanya ada beberapa orang saja yang sedang duduk sambil ngobrol atau minum soft drink. Tiba-tiba ada yang mendekap pinggang Shaina dari belakang dan menggendong Shaina ke pundaknya, persis adegan culik-culikan di tv itu tuh.

“Huaaaaaa toloooong lepass!! Rehaaaaaan turunin gue!”

“Udah deh! Kalo elo berontak mulu nanti elo jatoh.” Rehan terus melangkah tanpa memperdulikan teriakan Shaina.

           Ternyata Rehan membawa Shaina ke luar area lapangan basket. Disana sudah berkumpul anak-anak yang berkomplot mengerjai Shaina. Doni, si kapten basket sudah siap dengan gerobaknya dan yang lain sudah siap dengan susu kotak yang siap disemprotkan pada Shaina.

“Reeehaaaaaaaann!”

GUBRAAAK

Rehan menjatuhkan Shaina tepat diatas gerobak, alhasil Shaina terjebak dalam gerobak itu dan susah untuk bangun.

“Awwwww … sakittttt.” Asli! Punggung Shaina dibikin ngilu cekit cekit rasanya. Belum sempat Shaina meratapi nasibnya, teman-temannya sudah menyemprotkan susu kotak cair ke tubuh Shaina.

“Hahahaaa.” Teman-temannya tertawa puas.

“Ah! Pada jahat sama gue huaaaa mamaaah.”

           Shaina histeris ketika aroma susu mulai menjalar ke seluruh tubuhnya. Kepalanya pusing, serasa pengen muntah. Shaina sangat benci dengan susu cair, dia trauma karena waktu sd dia pernah keracunan susu kotak cair yang dibeli di kantin sekolahnya sewaktu itu.

“Gue benci susuuuuuuuuuu!!!!!”

           Shaina diarak mengelilingi lapangan basket beramai-ramai. Rehan dan Kak Doni yang mendorong gerobaknya. Sesar pun mengikuti dari belakang sambil memainkan gitar Shaina asal-asalan, karena Sesar sama sekali tidak bisa main gitar.

“Waaaaa … gitar gue ancur! Sesar gue bilangin mamaaaaah sama papaaaaah! Elo semua berenti! Turunin gue!”

“Kita bakal turunin elo kok! Tapi di kolam ikan sana hahaaaaaa.”

“Jangaaaaaaaaaaaaannn.”

BYUUUUURRR

BAMMMMMMM

“Dadaaaaah Shaina! Take care ya!”

           Teman-teman Shaina langsung kabur, yang tersisa hanya Rehan dan Sesar. Mereka membantu Shaina keluar dari kolam. Asli! Basah kuyup deh Shaina, tapi lumayan mengurangi bau susu itu sih.
“Elo berdua bukannya nolongin gue, malah ikutan ngerjain juga! Keseeeeeeelll gue! nih! Rasaiiin!” Shaina mencipratkan air dari kolam ikan pada Rehan dan Sesar, mereka tertawa bersama.

***
Shaina, Rehan dan Sesar berada di parkiran. Tubuh Shaina yang basah kuyup sudah terbungkus dengan jaket kulit milik Rehan.

“Parah lo! Gue balik pake apa? Si YAMI pake dirampok sama mang Udin segala lagi! Ini pasti kerjaan elo kan Sar!” Shaina mengomel ketika mendapati motornya sudah tidak ada disana, tepatnya sudah dibawa pulang oleh supirnya, mang Udin.

“Bagian dari kejutan! ya engga Bang?”

“Yoi …”

Rehan dan Sesar bertosan.

Dasar ini cowok berdua ya! Komplot banget mereka! Grrrrrr


“Bodo gue ikut mobil elo!”kata Shaina.

“Kaga! Enak aje! Badan elo bau gitu ih! Ogah! Gue cuma bawain kado-kado elo doang.”

“Sesaaaaaaaaarrrr!!!!” Shaina memainkan nada suaranya seperti anak kecil sedang merengek.

“Tuh! Rehan nganggur.” Sesar mengedipkan matanya. Rehan hanya tertawa.

“Udah elo balik sama gue aja, dari pada elo naik angkutan umum? Tambah malu entar,”kata Rehan.

“Ayolaaah … jangan kebanyakan mikir.”

“Emmmm … Ya udah deh!” Shaina langsung masang wajah cemberut.

“Jangan cemberut gitu dong! Manisnya ilang loh.”Rehan mencubit pipi Shaina.

“Kalo manisnya ilang tinggal kasih gulali aja dimukanya hahaaaa.”ledek Sesar dan langsung kabur untuk mengambil kado-kado Shaina yang masih ada di tribun penonton.

Rehan menaiki motornya dan menyalakan mesinnya lalu mengulurkan tangannya pada Shaina.

“Ayo …”

“Gue duduk samping aja ya?”kata Shaina.

“Emang muka gue pantes jadi mamang ojek?”Rehan memakai helmnya dan memberikan helm pada Shaina.

“Gue kan …” Shaina mencium aroma tubuhnya yang sangat tidak enak menurutnya, bau susu, dan Shaina benci itu.

“Bau maksud lo?”potong Rehan. “Udahlah, mau elo bau, mau wangi gue tetep suka”.Rehan mengedipkan matanya sambil tersenyum.

“Ishhh …” Shaina mencubit lengan Rehan. Mereka tertawa bersama.

“Buruan naik, udah sore nih.”

“Iya.” Shaina menaiki motor sport Rehan dengan bantuan Rehan.

“Pegangan, kalo bisa peluk aja.”kata Rehan agak membenam dibalik helmnya, namun tetap terdengar oleh Shaina.

Well, untuk kali ini aja.”gumam Shaina.

Motor Rehan perlahan meninggalkan parkiran dan menuju jalan raya dengan Shaina yang memeluk pinggang Rehan. Seorang cowok memandangi kepergian Rehan dan Shaina dengan tatapan nanar.

“Gue salah ya ngelepasin elo buat Rehan ya? Hati gue sakit.”gumam cowok itu.

***
           Shaina duduk di tengah tempat tidurnya sambil membuka kado-kado dari teman-temanya. Ada yang memberikan boneka bola basket, t-shirt bergambar gitar, senar gitar import dan lain-lain. Kado dari ayahnya adalah gitar listrik import yang berwarna merah sudah bertengger manis di etalase tempat dia menyimpan perlengkapan musiknya. Ibunya memberikan sepatu basket baru yang berwarna hitam bergaris merah. Dan kini giliran kado dari Rehan yang kebetulan paling besar diantara kado dari temen-temen Shaina yang lain. Perlahan Shaina membuka pita pink yang terikat rapi lalu membuka tutup kadonya.

“Waaaaahh asliii keren bangeeeett!”

           Shaina mengangkat sepatu basket berwarna perpaduan putih dan hijau yang kelihatannya mahal. Lalu ada sebuah kotak persegi panjang lagi didalamnya. Shaina menaruh sepatu itu dan membaca surat yang tergantung dipita kotak itu.

Jangan buka kotak ini sebelum elo baca suratnya …

Sebelumnya gue mau ucapin Feliz Cumpleaños Shaina, gimana? Bahasa Spanyol gue oke juga kan? Haha
Gue seneng bisa kenal dan deket sama elo, yaa walaupun kayanya elo ogah-ogahan gitu kalo deket gue
Emm … emangnya segitu sebelnya ya elo sama gue? gue udah engga ngerokok lagi kok, gue juga jarang ikut balapan sekarang …
Jadi gimana?
Udahlah banyak omong gue, buka aja semoga elo suka.
With Love, Rehan


           Shaina tersenyum geli membaca surat itu. Shaina lalu membuka kotak itu dan ternyata didalamnya ada sebuah kalung yang berliontin gitar kecil yang terbuat dari kristal yang sangat berkilau jika terkena sinar lampu. Samar-samar terlihat nama Shaina terukir didalamnya.

“Rehaaan …”gumam Shaina.

***
          Shaina dan keluarganya ayah, ibu dan Sesar, sedang mengadakan pesta barbeque di halaman belakang untuk merayakan ulang tahun Shaina ke-15. Ada banyak soda, ada banyak makanan kecil dan lain-lain. Mereka juga memasak hidangan khas Spanyol seperti Paella (Nasi kuning yang dilengkapi seafood), Gambas ala plancha (Udang bakar khas Spanyol) , Roti Calamaris, dan makanan khas Spanyol lainnya. Mereka menyalakan kembang api. Langit malam yang gelap pun tampak semakin semarak dengan cahaya warna-warni dari kembang api itu. Kebetulan perumahan tempat Shaina tinggal, jarak antar rumah lumayan jauh sehingga tidak mengganggu tetangga. Bunyi desingan dan letupan itu terdengar, sambung-menyambung.

Saatnya makaaaaan …

“Harusnya kita ngundang Rehan nih,”kata Sesar sambil mengunyah BBQnya.

Shaina langsung tersendak udang bakar jumbo, dan sepertinya lebih parah. Udang itu berhenti tepat ditengah kerongkongannya.

Are you oke dear?”tanya ayah dan ibunya dengan ekpresi khawatir.

          Shaina menepuk-nepuk dadanya yang sesak karena sulit bernafas, ibu Shaina langsung bangkit dan membantu anak gadisnya untuk memuntahkan udang itu. Wajah Shaina langsung pucat, sedetik kemudian ayahnya menelfon ambulan.

“Minum sayang.” Ibu Shaina langsung memberi minum Shaina.

“Mas-s-ihh sa-k-i-i-t maaaa-aah.” Shaina menatap Sesar yang sedari tadi bengong.

“Tunggu ya nak, bentar lagi ambulan datang,”kata ayah Shaina.

          Tidak lama kemudian ambulan datang, Shaina langsung dibawa ke rumah sakit, ibunya ikut dalam ambulan sementara ayahnya dan Sesar mengendarai mobil menuju rumah sakit. Shaina diberi bantuan tabung oksigen didalam ambulan.

“Awas kamu Sesar! Sabar ya nak,”

***
“Ade masih pusing?”tanya Esa pada adik perempuannya yang terbaring di ranjang rumah sakit.

Gadis kecil yang berumur 5 tahun itu menggeleng. Esa membelai rambutnya penuh sayang.

“Lain kali Elis harus nurut sama ayah-ibu, harus minum obat oke?” Esa mengacungkan jari kelingkingnya dan disambut oleh adiknya. Ayah dan ibu mereka hanya tersenyum melihat keakraban adik-kakak itu. Esa bangkit dan menghampiri ayah dan ibunya.

“Elis sampe kapan disini bu?”tanya Esa.

“Mungkin besok baru bisa pulang, kamu pulang aja, biar ayah sama ibu yang jaga Elis”jawab ibu Esa.

“Ya udah, Esa pulang pamit dulu, ayah-ibu.”

“Hati-hati.”

          Esa keluar dari ruangan tempat adiknya dirawat. Saat di koridor utama, Esa berhenti sejenak ketika melihat seorang gadis yang tengah terbaring di brandcard dan didorong oleh petugas ambulan.

“Shaina? Dia kenapa?” Esa membatalkan niatnya untuk pulang dan mengikuti Shaina sampai depan ruang UGD.

Sesaat kemudian ayah Shaina dan Sesar sampai dan berpapasan dengan Esa di depan ruang UGD.

“Sory, elo adiknya Shaina kan?”tanya Esa.

“Iya, gue adiknya. Elo siapa?”

“Gue temen satu sekolahnya, Shaina kenapa?”

“Dia keselek udang bakar jumbo”

“Udang?”

“Iya”

“Kok bisa?”

“Banyak tanya nih! Udah mending elo cabut deh”kata Sesar ketus.

“Ya udah, GWS buat kakak lo.”

Esa langsung berlalu dari situ.

***

Dokter keluar dari ruang UGD. Orang tua Shaina dan Sesar langsung menghampirinya.

“Gimana Dok? Anak kami baik-baik saja kan?”tanya ayah Shaina.

“Dia baik-baik saja, hanya pernafasannya sedikit terganggu. Tapi kami sudah memberinya obat dan mungkin harus diminum beberapa hari ke depan. Resepnya silahkan ditebus dibagian obat-obatan.” Dokter itu tersenyum ramah lalu berlalu meninggalkan mereka. Seorang suster keluar dari ruangan dan memberikan resep obat, kemudian berlalu dari situ.

“Sebagai hukuman! Kamu yang harus nebus obat ini!”perintah ibu Shaina pada Sesar.

“Yaaah … ini kan bukan salah aku maaaah. Suruh siapa kak Shaina cuma denger nama Rehan aja pake acara keselek segala lagi!”sergah Sesar.

“Pokoknya kamu harus mau! Kalo engga mamah bakal sita mobil sampe batas waktu yang tidak ditentukan!”ancam ibunya. Sesar langsung menciut, kemudian melangkah dengan malas.

Ayah dan ibu Shaina langsung menghambur memasuki ruang UGD.

“Gimana? Engga sesak lagi kan?”tanya ibu Shaina.

Shaina menggeleng pelan.

“Lain kali kamu harus hati-hati ya,”kata ayah Shaina seraya membantu Shaina bangkit dari ranjang.

“Mending kita tunggu Sesar di mobil aja mah.” Ayah Shaina memapah Shaina.

“Pah, Shaina keselek, bukan keseleo atau pincang. Shaina bisa jalan sendiri kok.”

“Oke …”

Mereka bertiga berjalan keluar dari rumah sakit dan segera menuju parkiran.

“MAMAAAAAAH PAAAAAAH TUNGGUUUU!” Sesar dengan langkah seribu langsung menyusul mereka.

“Heh jangan teriak-teriak dodol! Ini rumah sakit”semprot Shaina setelah Sesar ada dihadapan mereka.

“Yeeeee … gue takut jalan sendirian di koridor rumah sakit yang horror ini!”balas Sesar tidak kalah sewotnya.

“Huss … jangan ngomong kaya gitu Sesaaaaaar”kata ibu Shaina lembut.

“Iya nanti kesambet, nyium kambing loh!”ledek Shaina.

“Ya udah kita pulang aja.”

          Sesampainya di rumah. Sesar dimarahi habis-habisan oleh ibunya, sementara ayahnya hanya mengangguk-angguk saja mendengar omelan sang isteri kepada anak laki-lakinya yang bandel itu. Shaina sudah tidur, mungkin karena efek obat yang diminumnya tadi.

“Kamu ini! Gimana kalo sampe kakak kamu kerongkongannya robek? Terus dia engga bisa nyanyi lagi? Bisa-bisa kita semua kena marah sama dia! Belum puas kamu ngerjain dia tadi sore ya!”

“Ya maaf deh mah, lagian kak Shainanya aja yang terlalu sensitif denger nama Rehan.”

          Ibu Shaina menggelengkan kepalanya pelan. Percuma saja memarahi Sesar yang kupingnya sudah kebal, sekarang iya bilang maaf, tapi besok-besok tetep aja bikin masalah lagi.

Kriiiing kriiiiiiing

          Suara telepon rumah itu sukses menghentikan kicauan ibu Shaina, beliau lalu berjalan menuju meja telepon dan mengangkatnya.

“Malam …”

Malam tante, ini Rehan.”

“Rehan? Rehan temannya Shaina?”

Iya tante, kok hape Shaina engga aktif ya tan?

“Dia baru pulang dari rumah sakit, sekarang udah tidur.”

Rumah sakit? Emang Shaina sakit apa tante?

“Dia keselek udang, ada pesan?”

Oh, engga tante. Besok aja ngomongnya disekolah. Makasih tante, malam.”

“Malam.”

Klik

Ibu Shaina kembali ke ruang tengah dan menghampiri Sesar yang duduk di sofa sambil menonton tv.

“Jadi … Rehan itu siapa?”tanya Ibu Shaina pada Rehan.

“Gini nih ceritanya mah, Rehan itu suka sama kak Shaina, tapi kak Shaina kaya malu-malu gitu deh.”

“Masa sih?”

“Iyalah.”

          Ibu Shaina melirik kearah suaminya, namun beliau hanya mengangkat bahunya. Ayah Shaina mengambil remote tv dan menekan tombol turn off.

“Nah loh! Kenapa dimatiin pah?”protes Sesar.

“Udah malem, tidur sana.”

          Ayah Shaina bangkit dan melangkah menuju kamarnya diikuti Ibu Shaina meninggalkan Sesar yang duduk cemberut di sofa sendirian.

“Huh … pada sayangnya sama kak Shaina aja!”

***
         Rehan duduk dijendela kamarnya dan menikmati terpaan angina malam yang menembus kamarnya sehingga membuat tirai jendelanya melambai-lambai. Cowok itu menatap gelapnya langit yang saat itu sama sekali tidak dihiasi bintang, bulan pun bersembunyi dibalik awan. Dia mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.

“Ya …”seseorang menyapanya dengan malas.


“Thanks udah ngasih tau gue tentang Shaina.”

Sama-sama aja lah, gue juga khawatir sama Shaina, tapi gue engga mungkin kan nunjukin langsung. Ya jadinya gue kasih tau elo aja.”


“Oke, tapi elo engga akan nyoba deketin dia kan?”

Ya tergantung gimana nanti aja, toh Shaina engga bener-bener ngebales elo, kan?”


“Sialan lo! Berarti elo ngejilat ludah elo sendiri dong!”

Klik. Sambungan terputus.

          Rehan menghela nafas, kemudian menutup jendela dan beranjak ke tempat tidur, berharap ia bisa tidur dan bangun keesokan harinya dengan perasaan lebih baik.

***
Ocha dan Shaina duduk di kantin SMA Xelio saat jam istirahat pertama.

“Hahaaa suerrr elo gokil banget Na! haha.”

Ocha tertawa puas setelah mendengar cerita Shaina tentang insiden keselek udang semalam.

“Huh bukannya ikut perihatin eh malah ngetawain gitu!” Shaina menggigit burgernya dengan rasa kesal.

“Kualat! elo engga ngundang gue sih! Eh eh, tuh liat si Princess Junior sekolah kita!”kata Ocha sambil menunjuk kearah gadis yang dimaksud.

“Mana?” Shaina mengikuti pandangan Ocha.

           Shella Fransisca. Kelas X.5. Gadis cantik, kaya, modis, smart dan dinobatkan sebagai Xelio’s Princess Junior yang berpasangan dengan Rehan. Tapi Rehan dan Shella sama sekali tidak dekat, malah mereka kesannya cuek dengan status mereka sebagai Prince dan Princess. Mereka enggan menjalin hubungan seperti yang diharapkan teman-teman mereka. Dengan memakai rok abu-abu diatas lutut yang memamerkan kakinya yang putih mulus dan indah, sneakers putih, kemeja putih ketat yang berbahan tipis membuat tank top bergaris hitam putihnya terlihat jelas. Benar-benar menggoda! Dan kelihatannya Shella sangat menyukai Esa. Gadis itu selalu saja nempel dan mengikuti Esa, tapi Esa welcome juga. So, mereka sebentar lagi akan menjadi The Most Perfect Couple dikalangan kelas X, dan tinggalah Shaina gigit jempol.

“Huh, gimana bisa gue ngalahin cewek kaya Shella, dia itu nyaris sempurna,”kata Shaina dengan frustasi.

“Relatif kali, cewek cantik kaya dia itu bertebaran dimana aja. Nah nyari cewek kaya elo ini yang jarang ada, limited edition, langka dan hampir punah! ”celetuk Ocha.

“Huuuuhh … ujungnya bikin enek! Well, tapi pembuktiannya kan dia jadi Princess.”

“Dan pembuktiannya Prince sekolah kita malah sukanya sama elo bukan Shella,”sahut Ocha. Shaina hanya mengangguk malas.

“Elo bisa kok ngejatuhin posisi dia.”

“Cha, kita baru 3 bulan sekolah disini. Engga usah cari masalah.”

Shella dan teman-temannya duduk tepat di meja sebelah meja Shaina dan Ocha. Tepat pada saat itu Ocha dan Shaina sudah menghentikan kegiatan gosipnya tadi.

“Ehm … hai Shina!” Shella melambaikan tangannya pada Shaina.

“Shaina, bukan Shina Shel,”koreksi temannya.

“Oh maaf ya. Engga di temenin sama Rehan?”tanya Shella dengan pandangan mengejek.

Shaina tersenyum kecut dan mengangkat bahunya, sementara Ocha memutar bola matanya dan memasang tatapan sinis.

“Happy birthday ya.”kata Shella seraya menebarkan senyuman manisnya.

“Kayanya elo merhatiin gue banget deh!”sahut Shaina.

“Ya, gue ngerasa harus aja merhatiin cewek yang bisa bikin hati Prince Junior itu mentok di elo.” Shella tersenyum geli. Dia memandangi Shaina dari ujung kaki sampai ujung rambut.

“Apa ya yang bikin si Rehan tertarik sama elo? Tuh liat otot-otot yang tersembunyi dibalik kemeja elo, dan jari-jari elo yang kapalan karena sering main gitar, betis elo! Aduuuhh besar banget! Maklumlah atlit basket! Hahaaha. Elo itu kontras banget sama si Ocha yang badannya bagus banget! Ya walaupun lebih bagus badan gue! haha.”ledek Shella diikuti tawa dari teman-temannya.

Bener-bener ngajak ribut!


“Wowww! Segitunya ya elo merhatiin gue sama Ocha! Emm … elo bisa dapetin badan kaya gitu itu karna diet, kan? Gue sih dapet badan tinggi dan atletis kaya gini engga pake usaha! Emang dasar udah dari sananya. Dan soal otot-otot gue, ini tuh bonus! Siapa tau gue bisa ngegampar mulut cewek yang nyebelin kaya elo!” Shaina bertepuk tangan dengan bangga.

“Oh ya? Denger yah cewek yang engga cantik-cantik amat! Jangan sok jual mahal deh sama Rehan! Elo itu beruntung banget karena Rehan tertarik sama elo!”kata Shella.

“Eh Shel! Bisa tutup mulut elo engga?”kata Ocha sedikit nyolot.

Shaina menahan tangan Ocha ketika garpu digenggamannya hampir saya mengenai pelipis Shella.

“Hey Esa! Gue disini.”kata Shella ketika melihat Esa memasuki kantin.

          Shaina dan Ocha menoleh. Padangan Esa dan Shaina bertemu. Terlihat Esa agak terkejut melihat Shaina ada juga disitu. Apalagi dengan posisi Ocha yang kentara sekali akan menyerang Shella. Esa mengambil posisi disamping Shella. Shella langsung menggelayut manja.

“Gue mau balik ke kelas! SEKARANG!”kata Shaina seraya bangkit dari tempat duduknya diikuti Ocha. Shella, Esa dkk pun bisa mendengar perkataan Shaina yang bernada marah dan kesal.

“Kok langsung pergi sih Na? kan kita bisa ngobrol-ngobrol dulu.”kata Shella.

Shaina berbalik dan menatap Shella.

“Elo ngobrol aja sama botol kecap! Gue mau ke kelas!” kata Shaina.

           Shella dkk tertawa melihat tingkah aneh Shaina. Tapi berbeda dengan Shella, Esa terlihat kecewa melihat Shaina pergi begitu saja, namun dengan cepat dia hilangkan perasaan itu.

Sekarang ada Shella! Elo Cuma boleh suka sama Shella, engga dengan Shaina atau yang lain.” Batin Esa

           Shella menatap tajam Esa yang semenjak duduk tadi pandangannya tidak lepas dari Shaina bahkan ketika gadis itu menghilang di koridor menuju kantin pun pandangannya masih tertuju pada gadis itu.

“Sa? Elo kenapa?”tanya Shella.

“Oh engga, dia kenapa ya?”tanya Esa polos.

“Dia siapa? Shaina maksudnya?”

“Iya, cewek yang tadi di meja sebelah.”

“Oh si Shaina, mungkin dia sirik kali liat gue makan ditemenin sama elo. Sedangkan si Rehan malah lagi main futsal sama temen-temennya.”

Esa hanya mengangguk dan mulai merubah topik pembicaraan mereka.

***
Shaina dan Ocha berjalan di koridor di dekat lapangan futsal dengan perasaan kesal.

“Sialan emang si Shella itu! Mentang-mentang cantik dan popular bisa ngomong seenak jidat aja!”Ocha ngomel-ngomel.

“Gue berotot banget ya Cha?”tanya Shaina.

Ocha menggeleng cepat. “Engga! Elo itu perfect lagi! Udah tinggi, ya ideal lah! Si Shellanya aja yang terlalu lembek dangingnya. Wajarlah Na, kalo pemain basket mah rata-rata gitu.”kata Ocha.

“Tapi badan elo bagus gitu, singset! Kaya gitar Spanyol!”sahut Shaina.

“Gitar Jerman kali! Bokap gue kan dari Jerman. Nih emang berat badan elo berapa?”tanya Ocha.

Shaina mengingat-ingat. “48kg,”kata Shaina.

“Tuh kan! Elo itu perfect! Ya yang disayangkan hanya betis sama lengan elo aja yang berotot, engga gede-gede banget kali, lebay aja si Shellanya! Tapi Agnes Monika juga gitu! Mirip banget kan sama elo! Suara elo juga sama merdunya kaya dia!” Hibur Ocha.

Senyuman mengembang disudut bibir Shaina.

“AWAAASS!”

BUKKKK!

GUBRAAAK!

Bola futsal mengenai kepala Shaina dan membuat Shaina jatuh terduduk.

“Aduuuuhh!”

Shaina menggigit bibir menahan rasa perih dan pusing sambil memegangi kepalanya. Pipinya pun memerah. Rehan berlari menghampirinya.

“Na, elo engga kenapa-napa kan?”tanya Rehan khawatir.

Pletaaaak!

Ocha mendaratkan jitakannya ke jidat Rehan.

“Adoooww apaan sih Cha!”kata Rehan.

“Elo kalo main bola yang bener dong! Elo kan yang nendang bolanya sampe ke luar lapangan gitu?”semprot Ocha. Perhatiannya kembali pada Shaina yang masih memegangi kepalanya.

“Lo bisa bangun kan Na?”tanya Ocha. Shaina mengangguk.

“Na …” Rehan meletakkan telapak tangannya di pipi kiri Shaina yang memerah.

“Diem!” Shaina langsung menyingkirkan telapak tangan Rehan dari pipinya. “Elo bener-bener ngerusak mood gue!” kata Shaina ketus.

Ocha mempelototi Rehan lalu menggandeng Shaina menuju UKS. Rehan mengikuti mereka dari belakang.

“Heh! Pake baju elo dulu sono! Malu-maluin!” Ocha mengomel ketika menyadari Rehan hanya mengenakan t-shirt putih tipis yang penuh keringat dengan celana abu-abu panjang.

“Ini kan seksi!”sahut Rehan.

Shaina langsung menghentikannya dan berbalik menghadap Rehan.

“Otak lo ya! Udah pergi sana! Bikin gue tambah pusing aja!”kata Shaina.

“Yah, Shaina. Maaf yah”kata Rehan dengan wajah memelas. Shaina memutar bola matanya dan mendengus kesal.

“No problem! Tapi elo cepet pergi! Jangan ikutin gue sampe UKS!”

“Tapi …”

“Udah sanaaaa!!!!”

“Iya iya.” Rehan kembali ke lapangan dan mengambil seragamnya.
***
           Shaina dan Ocha sedang memperhatikan Lidya, seorang petugas PMR yang hari itu piket sedang mengambil obat dan air hangat untuk mengkompres pipi Shaina. Shaina duduk di sisi tempat tidur, sementara Ocha duduk dibangku dihadapannya.

“Mau saya yang ngompresin atau temen kamu?”tanya Lidya sambil memasukan sapu tangan ke air hangat itu.

“Biarin saya aja kak,” Ocha mengambil alih sapu tangan itu dan mulai memeras dan menempelkan sapu tangan itu ke pipi Shaina.

“Pelan-pelan Cha …” Shaina meringis.

“Iya …”

“Saya tinggal dulu ya soalnya 10 mnt lagi masuk, kalian cepet selesain dan masuk kelas juga ya.”kata Lidya.

“Iya kak, makasih.”

           Lidya keluar dari UKS. Tidak lama kemudian Rehan masuk ke UKS dengan pakaian yang normal. Pandangannya miris sekali, tersirat penyesalan dan rasa bersalahnya kepada Shaina.

“Na …”panggil Rehan. Dia duduk di samping Shaina. “Sini biar gue aja yang ngompres.” Rehan mengulurkan tangannya.

Ocha menatap Shaina meminta persetujuan.

“Udahlah Na, elo engga mau kan gue ngerasa bersalah dan malah ngelakuin hal-hal aneh kan?”kata Rehan. Shaina menghela nafas dan mengangguk.

“Pelan-pelan tapinya,”kata Shaina.

Dengan hati-hati Rehan menempelkan sapu tangan itu ke pipi Shaina.

“Sakit ya?”tanya Rehan.

“Hmm …”gumam Shaina.

          Ocha senyum-senyum sendiri melihat adegan so sweet antara Shaina dan Rehan. Farhan tidak mungkin melakukan itu padanya, Farhan benar-benar cowok cuek, tapi dia benar-benar sayang pada Ocha.

“Cha? Elo kenapa senyum-senyum gitu?”tanya Shaina.

“So sweet aja ngeliat kalian berdua.”kata Ocha.

TEEETTTTTT

Bel masuk berbunyi.

“Udah masuk Han,”kata Shaina.

“Biar si Ocha yang izinin elo, elo pucet Na,”kata Rehan sambil membelai pipi Shaina.

“Han, gue engga pengen berdebat sama elo sekarang,”sahut Shaina.

Rehan memutar bola matanya. Lalu mengulurkan tangannya dan membantu Shaina turun dari tempat tidur.

“Maaf ya,”kata Rehan.

“It’s oke, gue udah engga pusing lagi kok.”jawab Shaina.

Shaina dan Ocha meninggalkan UKS diikuti Rehan yang lumayan jauh dibelakang mereka.

“Dia kenapa?” Suara Esa mengejutkan Rehan. Ternyata sedari tadi Esa berada di dekat pintu, namun saat Shaina dan Ocha keluar dia langsung bersembunyi.

“Bukan urusan lo!”jawab Rehan ketus.

Esa mendekat dan berdiri di hadapan Rehan.

“Jelas ini urusan gue! Elo udah janji engga bakal nyakitin dia kan!”kata Esa.

“Gue engga nyakitin dia! Gue engga sengaja! Lagian dia udah maafin gue kok!” Rehan melengos pergi.

“Kalo elo kaya gini! Jangan salahin kalo gue mulai ngejar dia lagi!” kata-kata Esa sukses membuat Rehan menggeram kesal dan menghentikan langkahnya.

“Emang elo pernah ngejar dia? Elo aja engga berani untuk sekedar ngobrol sama dia! Urusin aja si Shella! Engga usah ngurusin gue sama Shaina!”kata Rehan.

“Oh ya? Penghianat kaya elo engga pantes buat Shaina!”sahut Esa sinis.

“Gue engga mau ribut ya!”bentak Rehan yang membuat siswa-siswi disekitar mereka menoleh.

        Esa tersenyum sinis dan langsung berlalu meninggalkan Rehan yang kemarahannya sudah memuncak. Rehan menarik nafas dan mencoba menstabilkan emosinya.



 TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar